Taqdim dan Ta’hir Fi Ba’di Ayati Surati Al-an’am (Juz 7)

Disusun oleh : Ulil Absor Nor

NIM (192610000705)

Dosen Pengampu : Dr. H. Ahmad Faiz, MA

Disusun Guna Memnuhi Tugas Matrikulasi Bahasa Arab

PROGRAM PASCA SARJANA UNISNU JEPARA

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW, dan dinilai ibadah bagi yang membacanya,[1] selain itu al-qur’an juga merupakan mukjizat terbesar bagi nabi Muhammad, makanya Ketika ada orang kafir yang meragukan al-quran, dalam surat al-Baqarah ayat 23 Allah menantang seluruh penyair terkenal dari kaum kuffar (orang-orang kafir) untuk membuat satu surat yang serupa dengan al-qur’an namun tidak ada satupun dari mereka yang mampu membuat dan menandingi keistimewaan Ushlûb al-qur’an baik dari segi Bahasa maupun maknanya, banyak sekali Ushlûb dalam al-quran yang mana masing-masing redaksi dan Ushlûbnya ada unsur I’jaznya, diantaranya adalah taqdim dan ta’hir.

Dr. Hasbullah Daman dalam sebuah karya tulisnya yang berjudul (Taqdîm dan Ta’khîr Dalam Al-Qur’an dan Tafsirnya) menjelaskan bahwaTaqdîm dan ta‟khîr adalah salah satu keistimewaan gaya bahasa ( ushlûb ) balâghah yang memiliki keindahan makna serta pengaruh yang mendalam bagi pendengar maupun si pembicara. Dan setiap kalimat yang terucap melalui kata-kata serta susunan kalimat yang teratur merupakan ketinggian serta keindahan gaya Bahasa ini. Ushlûb menurut pandangan para-sastrawan ( al-Balîgh ) adalah salah satu seni ilmu balâghah yang dapat mengungkap dan menyingkap rahasia serta sebab-sebab kalimat dalam menempatkan kata-kata yang dapat menggugah dan menyentuh perasaan. Dan taqdîm dan ta’khîr dalam Al-Qur’an terdapat bermacam-macam yang memiliki sebab-sebab dan rahasia yang jelas, kemudian diungkap oleh para ulama tafsir dengan berbagai penafsiran terhadap ayat-ayatnya.[2]

Sebetulnya banyak sekali pembahasan kaitanya taqdim dan ta’hir dalam al-qur’an, namun dalam pembahasan kali ini penulis membatasi obyek kajian pada surat al an’am, karena menurut hemat penulis di dalam surat al-an’am lah yang paling banyak terdapat redaksi dengan menggunakan Ushlûb taqdim dan ta’hir, namun karena keterbatasan penulis, akhirnya penulis hanya mencantumkan sebagian ayat-ayat yang mengandung Ushlûb atau gaya bahasa yang menggunakan taqdim dan ta’hir.

B. Rumusan Masalah

a. Apa pengertian taqdim dan ta’hir ?

b. Apa macam-macam taqdim dan ta’hir ?

c. Apa tujuan ushlub taqdim dan ta’hir dalam al-qur’an ?

d. Ayat berapa saja yang mengandung ushlub taqdim dan ta’hir dalam surat al-an’am ?

C. Tujuan Penulisan

a. Mengetahui definisi taqdim dan ta’hir

b. Mengetehui macam-macam taqdim dan ta’hir

c. Mengetahui tujuan taqdim dan ta’hir

d. Mengetahui sebagian ayat-ayat dalam surat al-an’am yang mengandung ushlub taqdim dan ta’hir

BAB II

PEMBAHASAN

A. **Pengertian Taqdim Dan Ta’hir**

Taqdîm dan Ta’khîr dua bentuk kata mashdar yang saling berkaitan dan saling melengkapi. Taqdîm dan Ta‟khîr (تقديم و التأخير) berasal dari wazan fa’ala ( فعّل) ditambah tasyid pada ‘ain fi‟ilnya, yaitu: (قدّم، يقّدم، تقديما). Dengan demikian taqdîm (تقديم ) menurut bahasa artinya; mendahulukan ( priority ) atau memprioritaskan, mengutamakan atau boleh juga ( presentation ) yang artinya: penyajian. [3]

Sedangkan ta‟khîr ( التأخير) berasal dari kata „Akhara ( أخّر ) juga dengan penambahan tasydid pada kha’, menjadi ( أخّر، يؤخّر، تأخيرا ) yang berarti : penundaan ( delay ), pengunduran atau penangguhan, ( deferment ).[4]

Dengan demikian taqdîm secara etimologis adalah lawan dari ta‟khîr, sehingga taqdîm berarti : mendahulukan, dan ta’khîr berarti : penangguhan atau mengakhirkan.[5]

Taqdim dan Ta’hir dalam Al-Qur’an adalah penyebutan suatu lafadz dengan mendahulukan atau mengakhirkan atas lafadz yang lain dengan tujuan tertentu, seperti contoh dalam surat al-fatihah dalam lafadz اياك نعبد yaitu mendahulukan maf’ul bih (اياك) yang semestinya diakhirkan dari fi’il dan fa’ilnya نعبد dengan tujuan li al-takhsis yaitu menghususkan penghambaan yang hanya ditujukan kepada Allah semata, jika penyebutanya mendahului dari yang semestinya diakhirkan maka hal ini disebut dengan Taqdim atau sebaliknya, yaitu mengakhirkan suatu lafadz yang semestinya didahulukan seperti lafadz (أ قائم زيد) yaitu mengakhirkan mubtada’ زيد yang semestinya didahulukan dari khobarnya قائم dengan tujuan orang yang bertanya lebih menekankan pertanyaan pada tindakan yang dilakukan zaid, maka hal ini disebut dengan Ta’hir . Dalam kaidah Bahasa arab atau qawaaid al-lughah al arabiyah yang demikian itu disebut dengan istilah Khobar muqoddam mubtada’ muakhor dengan berbagai syarat dan tujuan tertentu.

Sebagaimana yang telah penulis jelaskan di atas bahwa taqdim yang dimaksud dalam pembahasan ini yaitu penyebutan suatu lafadz yang seharusnya diakhirkan tapi karena ada tujuan dan faedah tertentu maka lafadz tersebut didahulukan, atau sebaliknya yaitu penyebutan suatu lafadz dengan mengakhirkan lafadz tersebut yang seharusnya didahulukan.

Tarkibul Jumlah dalam Bahasa arab dibagi menjadi dua, yaitu : jumlah ismiyah seperti lafadz زيد قائم yang terdiri dari susunan Mubtada (زيد)+ Khobar (قائم) dan jumlah fi’liyah seperti ضرب زيد عمرا yang terdiri dari fi’il (ضرب) + fa’il (زيد)+ maf’ul bih (عمرا) . ini adalah asal tartib al-kalimat fi al-jumlah yaitu urutan yang semetinya dalam susunan kalimat dalam Bahasa arab, namun urutan tersebut bisa berubah karena tujuan tertentu.

B. **Macam-Macam Taqdim dan Ta’hir Telaah Teoritis**

Bahasa arab dalam penyusunan tarkibul jumal tidak lepas dari dua unsur utama yaitu jumlah ismiyah yang terdiri dari mubtada’ dan khobar dan jumlah fi’liyah yang terdiri dari fi’il + fa’il dan maf’ul bih. Pada dasarnya dalam jumlah ismiyah, mubtada’ diletakkan diawal atau didahulukan dari khobarnya sedangkan Khobar diletakkan setelah mubtada’ atau diakhirkan dari mubtada’nya.

Bentuk taqdim dan ta’hir dalam al-qur’an menurut Az-Zarkasyi ada tiga macam yaitu yang pertama : didahulukan dengan maknanya tetap sebagai taqdim (ما قدم والمعنى عليه) . Kedua : didahulukan tetapi maksudnya diakhirkan, (مما قدم والنية به التأخير) . Ketiga : Didahulukan dalam suatu ayat dan diakhirkan dalam ayat yang lain (ما قدم في آية و أخّر في أخرى)[6]

Sedangkan macam-macam taqdim menurut ulama balagahah adalah sebagai berikut :

a. Taqdim dengan niat ta’hir (تقديم على نية التأخير)

Yaitu mendahulukan suatu kata tetapi niatnya adalah ta’hir seperti contoh (في بيته يؤتي الحكم) dalam hal ini, mendahulukan Khobar sebelum mubtada’, maksudnya meskipun didahulukan khobarnya (في بيته) namun kedudukannya tetap sebagai ta’hir.

b. Taqdim tidak bertujuan ta’hir (تقديم لا على نية التأخير)

Yaitu mendahulukan sesuai dengan kedudukanya, seperti mendahulukan mubtada’ terhadap Khobar, mendahulukan fi’il terhadap maf’ul. cara-cara ini adalah menurut abdul qahir al jurjani dalam kitabnya dala’il i’jaz dan kemudian diikuti oleh ulama balaghah yang lain seperti Al-Qazwani meskipun Zamakhsyari tidak sependapat pembagian tersebut.[7]

C. Tujuan ***Taqdim* dan *Ta’hir***

Tujuan taqdîm menurut ulama balaghah ada dua macam, pertama : tujuan secara umum, seperti ; ambil perhatian ( ihtimâm ), dan kedua : tujuan secara khusus yaitu untuk mengkhususkan ( takhsîsh ).

Berbicara mengenai tujuan, maka taqdîm dan ta‟khîr mempunyai tujuan tertentu. Sebagaimana kita ketahui bahwa Al-Qur‟an dan isinya bukanlah ciptaan manusia, bahasa yang indah dengan susunan kata-kata serta kalimatnya adalah bahasa Sang Pencipta. Bahasa yang dipergunakannya dengan Ushlûb yang jelas maksudnya atau dengan bahasa perumpamaan ( majâz ) dan dengan bahasa sindiran ( kinâyah ) yang menyentuh perasaan[8].

Berikut beberapa tujuan dari التـقديـم والتـأخـير berdasarkan telaah terhadap kitab jawahirul balaghah fi al-Ma’ani wa al-Bayan wa al-Badi’, [9]

a. Taqdim Musnad Ilaih

a) تعجيل المسرة

Mempercepat kabar gembira dengan sebab mengharap nasib yang baik.

Contoh:

العَفْوُ عَنْكَ صَدَرَ بِهِ الأَمْرُ

b) تعجيل المساءة

Mempercepat keburukan karena sebab mengira keburukan itu benar-benar menimpanya sesuai dugaannya.

Contoh:

القِصَاصُ حَكَمَ بِهِ القَاضِيْ

c) التشويقُ إلى المتأخِّرِ إذا كان المتقدِّمُ مُشعِرًا بغَرابةٍ

Yakni membuat para pendengar merasa penasaran serta bertanya-tanya. Dengan mendahulukan musnad ilaih (mubtada’) yang di dalamnya terdapat makna yang menarik membuat pendengar bertanya-tanya, sehingga menjadikan makna khabar terekam jelas dan kuat dalam pikiran pendengar.

Contoh :

حَيَوَانٌ مُسْتَحْدَثٌ مِنْ جَمَادِ - وَالَّذِي حَارَتِ البَرِيَّةُ فِيهِ

d) التلذذ

Merasakan kenikmatan,

Contoh:

ليلى وصلت وسلمى هجرت

e) التبرك

Mengharapkan berkah,

Contoh:

اسم الله اهتديت به

f) النص على عموم السلب أو سلب العموم

Memperjelas cakupan nafi, ialah bila lafadz “kullu” diidhofahkan pada musnad ilaih dan musnadnya disertai nafi,

Contoh:

كُلُّ ذلك لَمْ يَكُن

g) إفادة التخصيص قطعا

Yaitu untuk mengkhususkan saja, maksudnya menjadikan musnad beramal hanya untuk musnad ilaih saja.

Contoh:

ما انا قلت هذا ولا غيري

b. Taqdim Musnad

a) التخصيص بالمسند اليه

Yaitu mengkhususkan Musnad Ilaih bahwa ia hanya dimiliki oleh Musnad yang ada bersamanya.

Contoh:

ولله ملك السموات والأرض [المائدة : 120]

b) التنبيه من اول الأمر على انه خبر لا نعت

Yaitu menegaskan kepada pendengar bahwa dari awal kalimat itu bukan sifat melainkan khabar.

Contoh:

له همم ولا منتهى لكبارها ÷ وهمته الصغرى اجل من الدهر

c) التشويق للمتأخر اذا كان في المتقدم ما يشوق لذكره

Membuat pendengar penasaran serta bertanya-tanya dengan sayarat dalam jumlah musnad terkandung makna yang menarik.

Contoh:

ان في خلق السموات والأرض واختلاف اليل والنهار لأيات لأولى الأباب (آل عمران : 190)

d) التفاؤل

Yaitu berharap akan nasib yang baik, Contoh: في عافية انت

e) إفادة القصر المسند اليه على المسند

Yaitu membatasi musnad ilaih untuk musnad. Artinya peran musnad hanya untuk musnad ilaih saja.

Contoh:

لكم دينكم ولي دين [الكافرون : 7]

f) المساءة

Yaitu kabar buruk,

Contoh:

ومن نكد الدنيا على الحر ان يرى ÷ عدوا له ما من صداقته بد

g) التعجب او التعظيم او المدح او الذم او الترحم او الدعاء

Yaitu mengagumi, mengagungkan, memuji, menghina, menyayangi atau mendoakan.

Contoh:

لله درك

D. Ayat-Ayat Taqdim dan Ta’hir dalam surat Al-An’am

Penamaan al-an’am ini diambil dari salah satu ayat yang terdapat dalam surat itu sendiri, yaitu pada ayat 138 yang berbunyi وجعلوا لله ممّا ذرأ من الحرث والأنعام نصيبا... dan pada ayat 139 yang berbunyi هذه أنعام وحرث حجر لا يطعمها إلاّ من نشاء بزعمهم ... .

Surat al-an’am (Binatang Ternak) merupakan surat yang ke-enam berdasarkan urutan surat al-qur’an, dan surat ini terdapat pada juz yang ke tujuh sesuai urutan juz dalam al-qur’an, sedangkan berdasarkan jumlah ayatnya, surat ini terdiri dari 165 ayat, dan berdsasrkan ittifaq (kesepakatan) para ulama ahli tafsir dan para pakar‘ulum tafsir surat ini tergolong surat makkiyah [10] .

Setelah penulis menelaah dan membaca beberapa ayat dalam surat al-an’am, maka penulis menemukan beberapa ayat yang mengandung Ushlûb taqdim dan ta’hir dalam surat al-an’am sebagai berikut :

a. Surat Al-An’am Ayat 14

قُلْ أَغَيْرَ اللَّهِ أَتَّخِذُ وَلِيًّا فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ يُطْعِمُ وَلَا يُطْعَمُ ۗ قُلْ إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَسْلَمَ ۖ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ (الأنعام : 14)

Pada ayat di atas terdapat Ushlûb taqdim dan ta’hir yaitu pada lafadz (أ غير الله) taqdim dan lafadz (أتخذ) ta’hir, karena secara tartibul kalimat urutan susunan kalimat kedudukan lafadz (غير الله) adalah sebagai maf’ul bih sedangkan lafadz (أتخذ) adalah fi’ilnya, mestinya yang didahulukan adalah fi’ilnya terlebih dahulu baru maf’ulnya .

b. Surat Al-An’am Ayat 19

قُلْ أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَادَةً ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ شَهِيدٌ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ ۚ وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَٰذَا الْقُرْآنُ لِأُنذِرَكُم بِهِ وَمَن بَلَغَ ۚ أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ أَنَّ مَعَ اللَّهِ آلِهَةً أُخْرَىٰ ۚ قُل لَّا أَشْهَدُ ۚ قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ وَإِنَّنِي بَرِيءٌ مِّمَّا تُشْرِكُونَ (الأنعام : 19)

Pada ayat di atas juga terdapat Ushlûb taqdim dan ta’hir yaitu pada lafadz ( مع الله ) taqdim dan ( آلهة ) ta’hir, karena pada dasarnya lafadz ( مع الله ) kedudukannya sebagai khobarnya أنّ dan lafadz ( آلهة ) adalah isimnya أنّ, mestinya Khobar berada diakhir dan isimnya أنّ yang didahulukan.

c. Surat Al-An’am Ayat 38

وَمَا مِن دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ وَلَا طَائِرٍ يَطِيرُ بِجَنَاحَيْهِ إِلَّا أُمَمٌ أَمْثَالُكُم ۚ مَّا فَرَّطْنَا فِي الْكِتَابِ مِن شَيْءٍ ۚ ثُمَّ إِلَىٰ رَبِّهِمْ يُحْشَرُون (الأنعام : 38)

Pada ayat di atas juga terdapat Ushlûb taqdim dan ta’hir yaitu pada lafadz ( إلى ربهم ) taqdim dan ( يخشرون ) ta’hir, karena lafadz ( يخشرون ) adalah fi’il mudhori mabni lil majhul dan واو pada lafadz tersebut adalah naibul fa’il yang menunjukkan jama’ atau pelakunya banyak, dan lafadz ( إلى ربهم ) adalah jar dan majrur , sedangkan berdasarkan tartibul kalimat urutan susunan kalimat pada umumnya adalah sebagai beriku fi’il + fa’il atau naibul fa’il + maf’ul bih atau syibhu jumlah seperti jar majrur atau dharaf madhruf.

d. Surat Al-An’am Ayat 40

قُلْ أَرَأَيْتَكُمْ إِنْ أَتَاكُمْ عَذَابُ اللَّهِ أَوْ أَتَتْكُمُ السَّاعَةُ أَغَيْرَ اللَّهِ تَدْعُونَ إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ (الأنعام : 40)

Pada ayat di atas juga terdapat Ushlûb taqdim dan ta’hir yaitu pada lafadz (أ غير الله ) taqdim dan dan pada lafadz (تدعون) ta’hir, hamzah pada lafadz (أ غير الله ) adalah hamzah istifhamiyah ( kata tanya ) dan lafadz غير adalah maf’ul bih yang didahulukan sekaligus sebagai mudhof, sedangkan lafadz الله adalah mudhof ilaih dan lafadz تدعون adalah fi’il mudhori yang dibaca rafa’ dengan adanya nun بثبوت النون, dan fa’ilnya berupa واو jama’ yaitu yang menunjukkan pelakunya banyak.

e. Surat Al-An’am Ayat 41

بَلْ إِيَّاهُ تَدْعُونَ فَيَكْشِفُ مَا تَدْعُونَ إِلَيْهِ إِن شَاءَ وَتَنسَوْنَ مَا تُشْرِكُونَ (الأنعام : 41)

Pada ayat ini juga terdapat Ushlûb taqdim dan ta’hir yaitu pada lafadz إياه taqdim, dan lafadz تدعون ta’hir karena pada dasarnya lafadz إياه adalah dhomir munfashil dalam mahal nashab sebagai maf’ul bih yang didahulukan, dan lafadz تدعون adalah fi’il mudhori yang dibaca rafa’ dengan adanya nun, dan fa’ilnya berupa واو jama’ yaitu yang menunjukkan pelakunya banyak.

f. Surat Al-An’am Ayat 51

وَأَنذِرْ بِهِ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَن يُحْشَرُوا إِلَىٰ رَبِّهِمْ ۙ لَيْسَ لَهُم مِّن دُونِهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ لَّعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ (الأنعام : 51)

Pada ayat ini juga terdapat Ushlûb taqdim dan ta’hir yaitu pada lafadz لهم من دونه taqdim dan pada lafadz ولي ta’hir, ليس adalah fi’il naqis sekaligus juga bisa menjadi ‘amil nawasikh yang bisa merubah susunan mubtada’ khobar dalam segi i’rabnya yaitu merafa’kan isimnya dan menashabkan khobarnya ترفع الاسم وتنصب الخبر , sedangkan lafadz لهم من دونه adalah jar dan majrur fi mahal nashab sebagai khobarnya ليس dan lafadz ولي sebagai isimnya ليس .

g. Surat Al-An’am Ayat 58

قُل لَّوْ أَنَّ عِندِي مَا تَسْتَعْجِلُونَ بِهِ لَقُضِيَ الْأَمْرُ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ ۗ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِالظَّالِمِينَ (الأنعام : 58)

Pada ayat ini terdapat Ushlûb taqdim dan ta’hir yaitu pada lafadz عندي taqdim dan pada lafadz ما تستعجلون ta’hir .

h. Surat Al-An’am Ayat 67

لِّكُلِّ نَبَإٍ مُّسْتَقَرٌّ ۚ وَسَوْفَ تَعْلَمُونَ (الأنعام : 67)

Adapun Ushlûb taqdim dan ta’hir pada ayat ini yaitu terdapat pada lafadz لكل نبإ taqdim dan pada lafadz مستقر ta’hir. secara I’rab lafadz لكل adalah jar dan majrur sekaligus menjadi mudhof dan sebagai Khobar yang didahulukan خبر مقدم sedangkan lafadz نباء sebagai mudhof ilaih dan lafadz مستقر adalah mubtada’ yang diakhirkan مبتدأ مؤخر .

i. Surat Al-An’am Ayat 72

وَأَنْ أَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَاتَّقُوهُ ۚ وَهُوَ الَّذِي إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ (الأنعام : 72)

Adapun Ushlûb taqdim dan ta’hir pada ayat ini yaitu terdapat pada lafadz إليه taqdim dan pada lafadz تخشرون ta’hir . Lafadz إليه secara I’rabnya sebagai jar dan majrur yang berkaitan dengan fi’il setelahnya yaitu lafadz تخشرون , dan lafadz تخشرون adalah fi’il mudhori mabni lil majhul yang dibaca rafa’ dengan tetapnya nun dan naibul fa’ilnya berupa واو jama’ .

j. Surat Al-An’am Ayat 73

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ ۖ وَيَوْمَ يَقُولُ كُن فَيَكُونُ ۚ قَوْلُهُ الْحَقُّ ۚ وَلَهُ الْمُلْكُ يَوْمَ يُنفَخُ فِي الصُّورِ ۚ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ ۚ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ (الأنعام : 73)

Adapun Ushlûb taqdim dan ta’hir dalam ayat ini terdapat pada lafadz له taqdim dan lafadz الملك ta’hir. secara I’rab lafadz له adalah jar dan majrur sebagai Khobar yang didahulukan خبر مقدم sedangkan lafadz الملك sebagai mubtada’ yang diakhirkan مبتدأ مؤخر.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Taqdim dan Ta’hir dalam Al-Qur’an adalah penyebutan suatu lafadz dengan mendahulukan atau mengakhirkan atas lafadz yang lain dengan tujuan tertentu, adapun macam-macamnya berdasarkan pandangan para ulama balaghah setidaknya ada dua secara umum yaitu : Pertama ; Taqdim dengan niat ta’hir (تقديم على نية التأخير) dan Kedua ; Taqdim tidak bertujuan ta’hir (تقديم لا على نية التأخير).

Kemudian dilihat dari segi tujuan Ushlûb taqdim dan ta’hir sebetulnya banyak sekali namun disini secara singkat bisa dirangkum secara garis besar sebagai berikut, pertama : tujuan secara umum, seperti ; menarik perhatian ( ihtimâm ), dan kedua : tujuan secara khusus yaitu untuk mengkhususkan ( takhsîsh ). Dan yang terakhir setelah penulis menelaah surat-surat al-qur’an yang menggunakan Ushlûb taqdim dan ta’hir sebetulnya ada banyak sekali, namun penulis lebih memfokuskan pada surat al-an’am karena menurut hemat penulis di surat al-an’am ini merupakan surat yang banyak terdapat Ushlûb taqdim dan ta’hir setidaknya penulis menemukan 10 ayat lebih yaitu pada ayat – ayat berikut : al-an’am ayat 14,ayat 19, ayat 38, ayat 40, ayat 41, ayat 51, ayat 58, ayat 67, ayat 72 dan ayat 73 dan masih banyak lagi, namun karena keterbatasan penulis, oleh karenanya penulis hanya membatasi pada 10 ayat tersebut.

Daftar Pustaka

Al-Hasyimi, Sayyid Ahmad, Jawahirul Balaghoh fi al-Ma’ani wa al-Bayan wa al-Badi’, (Beirut: Maktabah al-Ashriyah, Tth).

AZ-Zarkasyî ( 794 H ), Al-Burhân Fî Ulûmil Qur‟an, ( Beirut : Dar-Al-Fikr, 1408 H /1988 M ), Cet. I, Jilid ke-3.

Cowan, J. Milton, Mu‟jam Al-Lughah Al-Arabiyah Al-Mu‟âshirah ( Dictionary of Modern Written Arabic ) ( Hans Wehr ), ( Arabic-English ), ( Beirut : Maktabah Lubnân, 1974 ), Cet. ke-3.

Diman, Hasbullah M.A, Taqdîm Dan Ta’khîr Dalam Al-Qur’an Dan Tafsirnya.

Diman, Hasbullah, M.A, Taqdîm dan Ta’khîr dalam Pandangan Ulama,

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, ( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1976 ), Cet. ke-23

Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, ( Surabaya : Pustaka Progressif, 1997 ).

Muth’inî, Abdul Adhîm Ibrâhim Muhamad, Khashâ‟is At-Ta‟bîr Al-Qur‟ani Wa Simâtuhu Al-Balâghiyah, ( Kairo : Maktabah Wahbab, 1413 H / 1993 ), cet. I, Jilid ke-2

Qathan, Manna’ul, Mabahis Fi ‘Ulum Al Quran (Bairut, Mantsurat Al ‘Ashri, 1973 m).

[1]. Manna’ul Qathan, Mabahis Fi ‘Ulum Al Quran (Bairut, Mantsurat Al ‘Ashri, 1973 m) hal. 21

[2] . Hasbullah Diman M.A, Taqdîm Dan Ta’khîr Dalam Al-Qur’an Dan Tafsirnya, hal 01

[3] . J. Milton Cowan, Mu‟jam Al-Lughah Al-Arabiyah Al-Mu‟âshirah ( Dictionary of Modern Written Arabic ) ( Hans Wehr ), ( Arabic-English ), ( Beirut : Maktabah Lubnân, 1974 ), Cet. ke-3, h. 749 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, ( Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1976 ), Cet. ke-23, h. 445

[4] . J. Milton Cowan, op,cit., h. 8 John M. Echols dan Hassan Shadily, op.cit., h. 39,170

[5] . Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, ( Surabaya : Pustaka Progressif, 1997 ), h. 12 dan 1098

[6] . AZ-Zarkasyî ( 794 H ), Al-Burhân Fî Ulûmil Qur‟an, ( Beirut : Dar-Al-Fikr, 1408 H /1988 M ), Cet. I, Jilid ke-3, h. 279, 319, 329

[7] . Abdul Adhîm Ibrâhim Muhamad Muth’inî, Khashâ‟is At-Ta‟bîr Al-Qur‟ani Wa Simâtuhu Al-Balâghiyah, ( Kairo : Maktabah Wahbab, 1413 H / 1993 ), cet. I, Jilid ke-2, h. 81

[8] . Hasbullah Diman, MA, Taqdîm dan Ta’khîr dalam Pandangan Ulama, hal 26

[9] . Sayyid Ahmad al-Hasyimi, Jawahirul Balaghoh fi al-Ma’ani wa al-Bayan wa al-Badi’, (Beirut: Maktabah al-Ashriyah, Tth), hlm. 124 - 136

[10] . Surat makkiyah adalah surat yang diturunkan kepada nabi muhammad sebelum beliau berhijrah ke kota Madinah.

Nahary...

Senin, 13 Juli 2020

Ayo sekolah Belajar Bersama

Senin, 27 April 2020

Kumpulan Kitab tentang Ramadhan dan Keutamaannya

Sabtu, 28 September 2019

Taqdim dan Ta’hir dalam surat Al-an’am

BAB I

PENDAHULUAN

BAB II

PEMBAHASAN

A. **Pengertian Taqdim Dan Ta’hir**

B. **Macam-Macam Taqdim dan Ta’hir Telaah Teoritis**

C. Tujuan ***Taqdim* dan *Ta’hir***

D. Ayat-Ayat Taqdim dan Ta’hir dalam surat Al-An’am

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Daftar Pustaka

Senin, 13 Juli 2020

Senin, 27 April 2020

Sabtu, 28 September 2019

B. Macam-Macam Taqdim dan Ta’hir Telaah Teoritis

C. Tujuan Taqdim dan Ta’hir

D. Ayat-Ayat Taqdim dan Ta’hir dalam surat Al-An’am

B. **Macam-Macam Taqdim dan Ta’hir Telaah Teoritis**

C. Tujuan ***Taqdim* dan *Ta’hir***